Proses Pemerolehan Bahasa dan Pembelajaran Bahasa Kedua

PROSES PEMEROLEHAN BAHASA DAN PEMBELAJARAN BAHASA KEDUA


Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


Disusun Oleh :
Nama : Kunzita Lazuardy R.
Prodi : PBSI 2016B
NIM : 16188201036
 
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan

Belajar bahasa kedua terjadi pada masyrakat multilingual, yakni pada saat peserta didik harus mulai belajar bahasa kedua untuk dapat berkomunikasi antardaerah, antar provinsi atau dilingkungan masyarakat perbatasan. Pendidikan merupakan bagian penting dari kebijaksanaan kebudayaan suatu bangsa. Pendidikan harus dapat dan perlu memperbaiki kedudkan kebahasaaan dari semua kelompok kebudayaan, yang menembus batas-batas komunikasi dan dapat menyediakan kesempatan kerja, manfaat-manfaat bagi kehidupan nasional, hak-hak warganegara dan sebagainya. Di samping itu, pendidikan harus mengajar masyarakat untuk melihat perbedaan-perbedaan bahasa dan menyadari kelaziman-kelaziman orang lain serta kebudayaan mereka sendiri.
            Dalam belajar bahasa anak-anak lebih baik daripada orang dewasa dalam semua hal, terutama berkenaan dengan pencapaian hasil akhir. Anak-anak kelihatan sangat luwes dan mudah dalam memperoleh bahasa baru, sedangkan orang dewasa mengalami kesulitan dalam memperoleh tingkat kemahiran bahasa kedua. Waktu yang tepat untuk memulai belajar bahasa kedua di sekolah umum, sesuai dengan tuntutan psikologi anak adalah antara umur 4-10 tahun. Untuk belajar bahasa secara alamiah di lingkungan penutur asli dapat terjadi hanya selama periode kritis untuk pemerolehan bahasa, yaitu antara umur dua tahun dan masa pubertas.
            Unsur lain yang penting dalam proses belajar bahasa kedua adalah peranan otot-otot alat bicara. Kelenturan otot-otot ini mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua, terutama dalam kegiatan melafalkan bunyi bahasa. Seseorang yang berada di atas umur pubertas umunya sulit memperoleh kemahiran dalam pelafalan seperti penutur asli karena berkurangnya kelenturan otot alat bicara ini. Ini berbeda dengan anak kecil yang secara bersamaan waktunya mempelajari dua bahasa sekaligus. Dari segi kognitif, orang dewasa cenderung lebih sempurna dalam menguasai kaidah eksplisit, yaitu tatabahasa. Namun dari segi afektif, yaitu sikap d an sifat pribadi yang mendukung proses belajar bahasa kedua, orang tua cenderung kurang dibandingkan anak-anak.
            Pemerolehan bahasa anak selalu menjadi awal pembicaraan tentang persoalan pemerolehan bahasa. Perkembangan pemerolehan bahasa anak menjadi contoh yang baik untuk menganalisis lebih dalam tentang bagaimana terjadinya transfer bahasa. Perkembangan pemerolehan bahasa di setiap tempat dan wilayah yang berbeda mengakibatkan kajian ini bergesar pada substansi perkembangan bahasa dan ragam bahasa yang digunakan.
            Pada tahap awal perkembangan kajian pemerolehan bahasa kedua, isu yang banyak dikaji adalah faktor-faktor internal pembelajar. Faktor-faktor itu meliputi antara lain umur, bakat, sikap, motivasi, kepribadian, gaya kognitif, dan strategi belajar. Sikap mempengaruhi motivasi, dan selanjutnya motivasi mempengaruhi pemerolehan bahasa kedua. Sejumlah sifat-sifat pribadi diduga banyak berkaitan dengan kelancaran terhadap proses pemerolehan bahasa kedua. Sifat-sifat itu antara lain harga diri, ekstroversi, kecemasan, sensitivitas, empati, inhibisi, dan toleransi terhadap kesamaran. Gaya kognitif adalah cara-cara yang disukai oleh seseorang dalam memproses informasi atau melaksanakan suatu tugas. Strategi belajar adalah faktor internal pembelajar yang belakangan banyak menarik minat peneliti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran

Makalah Analisis Wacana dalam Pembelajaran Bahasa

Reliabilitas Alat Ukur dalam Asesmen Bahasa