Penyusunan Tes Bahasa

PENYUSUNAN TES BAHASA


Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd


Disusun Oleh :
Nama : Kunzita Lazuardy R.
Prodi : PBSI 2016B
NIM : 16188201036
 
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
 
 
Langkah-langkah penyusunan tes meliputi sembilan langkah berikut: (1) menyusun tujuan tes, (2) menyusun kisi-kisi tes, (3) menulis soal tes, (4) menelaah soal tes, (5) melakukan uji coba tes, (6) menganalisis butir soal, (7) memperbaiki tes, (8) merakit tes, (9), menggunakan tes, dan (10) menafsirkan hasil tes.
A.     MENENTUKAN TUJUAN TES
Tujuan tes sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang digunakan di lembaga pendidikan, yaitu (1) tes penempatan, (2) tes diagnostik, (3) tes formatif, dan (4) tes sumatif. Sistem penilaian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan tes diagnostik, formatif, dan sumatif.
B. MENYUSUN KISI-KISI
Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, kisi-kisi selain berfungsi sebagai pedoman penulisan soal juga digunakan sebagai pedoman perakitan soal. Syarat kisi-kisi antara lain 1) harus mewakili kurikulum, 2) ditulis dengan singkat dan jelas, 3) soal dapat disusun sesuai dengan bentuk soal.
Jenis tes yang digunakan bisa berupa tes objektik atau tes non-objektif. Pemilihan jenis tes disesuaikan dengan tujuan dan karakteristik materi yang akan diteskan. Jenis tes objektif meliputi tes Benar-Salah, menjodohkan, pilihan ganda, dan melengkapi, pilihan ganda meliputi ragam biasa, sebab-akibat, dan asosiasi pilihan ganda. Soal tes jenis objektif dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan: mengingat danmengenal kembali fakta-fakta, memahami hubungan antara dua hal atau lebih, dan mengaplikasikan prinsip-prinsip.
Selain jenis tes diatas, dalam kurikulum dikembangkan jenis tes performans/unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingakat kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah kehidupan nyata.
C. MENULIS SOAL TES
Sebelum soal-soal tes disusun, terlebih dulu ditentukan jumlah butir tes yang akan dibuat. Dasar penentuan jumlah butir tes adalah jenis dan bentuk tes yang digunakan. Untuk jenis tes objektif diperlukan jumlah butir tes yang jauh lebih besar daripada tes non-objektif.
Setelah ditetapkan jumlah butir tes yang harus dipersiapkan sesuai dengan jenis dan bentuk tes yang akan digunakan, selanjutnya dilakukan penulisan butir-butir tes. Untuk mempermudah pengaturan, soal terlebih dahulu dituliskan di kartu-kartu soal.
D. MENELAAH SOAL TES
            Butir-butir soal tes harus ditelaah terlebih dahulu sebelum digunakan. Cara menelaah butir-butir tes antara lain: 1) telaah secara kualitatif, yakni telaah dengan teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama, dilakukan sebelum tes diujikan, 2) telaah secara kuantitatif, yakni analisis berdasarkan hasil uji coba atau hasil penggunaan tes, dilakukan setelah tes diuji coba atau digunakan. Hasil telaah merupakan masukan untuk perbaikan tes.
            Telaah butir tes dilakukan terhadap ranah materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa. Ranah materi meliputi subtstansi keilmuan yang ditanyakan serta tingkat berpikir yang terlibat. Ranah konstruksi berkaitan dengan teknik penulisan soal, baik bentuk objektif maupun non-objektif. Ranah bahasa meliputi kekomunikatifan atau kejelasan hal yang ditanyakan.
E. MELAKUKAN UJI COBA TES
            Tes yang telah selesai disusun butir-butirnya hendaknya diuji coba terlebih dahulu. Tujuan uji coba tes ini adalah untuk mengukur validitas dan realibilitas. Uji validitas dimaksudkan mencari kesesuaian tes dengan kemampuan tes yang akan diukur. Uji realibilitas dimaksudkan unruk melihat kemampuan tes tersebut melakukan pengukuran dengan tingkat keajekan tertentu.
            Minimal yang dilakukan guru adalah mengadakan uji validitas isi (mencari kesesuainnya dengan tujuan dan bahan pembelajaran)., mengadakan pemantapan terhadap butir-butir tes yang telah disusun dengan jalan kajian secara teliti dan kritis untuk menemukan kekurangan butir-butir tersebut atau dapat juga dilakukan dengan penilaian teman sejawat.
F. MENGANALISIS BUTIR SOAL TES
            Untuk tes buatan guru yang tidak melalui langkah uji coba, maka setelah tes digunakan, guru melakukan analisis butir soal. Untuk mendapatkan soal yang baik, perlu diadakannya analisis soal. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa ada dua cara menganalisis soal, yaitu analisis soal secara teoritik atau kualitatif, dan analisis soal secara empiris atau kuantitatif.
            Analisis soal secara teoritik atau kualitatif dilakukan dengan cara mencermati butir-butir soal yang telah disusun dilihat dari keseuaian dengan kompetensi dasar dan indicator yang diukur serta pemenuhan persyaratan, baik dari ranah materi, konstruk, maupun bahasa. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan mengadakan uji drajat kesukaran dan daya beda tes. Derajat kesukaran digunakan untuk melihat apakah tes tersebut memiliki kesukaran tertentu (tidak terlalu sulit mauupun tidak terlalu mudah). Daya beda dimaksudkan untuk melihat apakah tes tersebut mampu membedakan siswa yang pandai dan tidak. Uji coba ini dilakukan terutama dalam pengembangan tes terstandar yang penting dan luas jangkauan penggunaannya.

G. MEMPERBAIKI TES
Setelah seluruh butir tes ditelaah dari semua aspek kemudian di kelompokkan menjadi tiga, yaitu (1) butir-butir tes yang di anggap baik atau diterima, (2) butir-butri tes yang tidak baik atau ditolak, dan (3) butir-butir tes yang kurang baik, diperbaiki.
H. MERAKIT TES
Butir-butir tes yang baik kemudian di tata atau dirakit dengan cara tertentu. Dalam merakit tes, butir-butir soal dapat dikelompokkan menurut urutan kompetensi dasar, taraf kesukaran, dan format. Urutan soal pada tiap kompetensi dasar diurutkan menurut tingkat kesulitannya, mulai dari yang mudah ke yang sulut. Berdasarkan format, urutan soal dimulai dari bentuk isian singkat, kemudian pilihan ganda, dan terkahir uraian.
I. MELAKSANAKAN TES
Setelah soal dirakit, selanjutnya dilaksanakan tes yang sesungguhnya. Untuk tes yang dilakukan dikelas, pelaksanaannya dapat dikatakan sederhana karena segala sesuatunya cukup mudah diatur. Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes adalah jarak tempat duduk, cahaya, ventilasi, ketenangan, serta gangguan yang timbul. Selain itu guru juga menjaga kondisi psikis para siswa dari rasa cemas, ketakutan akan gagal, rasa khawatir, dan tidak yakin dengan jawabannya.
J. MENAFSIRKAN HASIL TES
            Setelah tes dilaksanakan langkah berikutnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap hasil tes, yang sebelumnya lembar hasil pelaksanaan evaluasi harus diperiksa kelengkapannya. Hasil pemeriksaan terhadap tes berikut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk skor (pemberian skor). Hasil dari suatu pengukuran dengan tes tersebut banyak memiliki arti sebelum diabndingkan dengan standar atau patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu untuk memberikan arti pada suatu hasil pengukuran perlu adanya ‘penilaian’. Ada dua acuan yang digunakan untuk menilai yaitu Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN).
            Hasil tes yang diselenggarakan oleh guru tersebut mempunyai banyak kegunaan, antara lain: (1) dapat mengetahui apakah peseta didik sudah menguasai bahan yang disajikan oleh guru, (2) dapat mengetahui bagian mana yang belum dikuasai, sehingga peserta didik berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan, (3) dapat menjadi penguatan bagi peserta didik yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan untuk belajar lagi, dan (4) dapat menjadi diagnosis bagi peserta didik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran

Makalah Analisis Wacana dalam Pembelajaran Bahasa

Reliabilitas Alat Ukur dalam Asesmen Bahasa