Jenis Asesmen dalam Pembelajaran Bahasa
JENIS ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Kunzita Lazuardy R.
Prodi : PBSI 2016B
NIM : 16188201036
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
JENIS
ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
A. ASESMEN BERBENTUK TES
Tes merupakan suatu cara untuk
mengadakan evaluasi yang berbentuk tugass atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik tes (perorangan atau kelompok) sehingga
menghasilkan skor tentang prestasi atau tingkah laku peserta tes, yang
dibandingkan dengan nilai standar tertentu yang telah ditetapkan. Perangkat tes
yang diperlukan dalam melaksaanakan tes, seperangkat tes, pertanyaan atau
latihan. Sehingga, tes dapat merujuk pada dua hal, yaitu tes sebagai cara atau
teknik, dan tes sebagai alam dalam evaluasi.
Berdasarkan Kriteria Cara Mengerjakan
dapat dibagi
menjadi tiga bentuk, antara lain :
1) tes tertulis, yaitu tes
bahasa yang menghendaki jawaban peserta tes dalam bentuk tertulis, 2) tes
lisan, yaitu tes
bahasa yang menghendaki jawaban peserta dalam bentuk lisan, yang dilaksanakan
dalam komunikasi langsung tatap muka antara peserta dengan seorang atau
beberapa penguji, 3) tes perbuatan, yaitu
tes bahasa yang menghendaki jawaban peserta tes dalam bentuk penampilan,
perbuatan, atau kinerja. Sedangkan, Tes perbuatan dapat terbagi ke dalam beberapa bentuk tes antara lain:
1) tes
paper and pencil, yaitu tes
yang mengukur kemampuan siswa dalam menampilkan karya, 2) tes identifikasi, yaitu mengukur kemampuan
siswa dalam mengidentifikasi sesuatu hal, 3) tes simulasi, yaitu mengukur penguasaan
ketrampilan siswa dengan bantuan alat tiruan, 4) tes petik kerja (work sample),
yaitu mengukus
penguasaan atau ketrampilan siswa dengan alat yang sesungguhnya.
Berdasarkan cara menjawab tes dibagi
menjadi beberapa bentuk antara lain: 1) tes objektif, yaitu tes yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dengan cara menjawab memilih jawaban yang telah disediakan,
2) tes non objektif, yaitu tes
bahasa yang cara menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan menyebutkan atau
menjelaskan berupa uraian tentang hal-hal yang sudah dipelajari.
Tes bahasa objektif dibagi lagi
dalam beberapa bentuk antara lain:
1) benar-salah, yaitu peserta menentukan apakah pernyataan salah
atau benar, 2) menjodohkan, yaitu peserta
tes menjodohkan pernyataan pada kelompok pertama dengan pernyataan kelompok
kedua, 3) pilihan ganda, yaitu peserta
tes memilih jawaban yang paling tepat dari alternative jawaban yang telah
disediakan. Sedangkan,
tes bahasa non objektif juga dibagi lagi dalam beberapa bentuk 1)
isian/melengkapi, yaitu peserta
tes mengisi pernyataan yang rumpang atau tidak lengkap, 2) jawaban singkat,
peserta tes menjawab pertanyaan berupa kata, kelompok kata, atau kalimat
pendek, 3)
soal uraian (tes subjektif), jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan
mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan
cara mengemukakan atau mengekspresiakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian
tertulis. Dalam tes subjektif biasanya menggunakan uraian-uraian yang relative
panjang, dapat berupa: 1) perbandingan antara dua hal, 2) perumusan dan
pertahanan suatu bentuk, 3) hubungan sebab-akibat, 4) penjelasan makna suatu
ungkapan, 5) penyingkatan, 6) kemampuan mengadakan analisis, 7) memberikan
ilustrasi, 8) mengadakan penilaian terhadap suatu pendapat, 9) merumuskan
persoalan-persoalan, 10) penarikan kesimpulan, dan lain-lain.
Tes berdasarkan Taksonomi Bloom
meliputi tiga ranah (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, (3) ranah psikomotorik.
Ranah kognitif meliputi a) pengetahuan, ingatan, atau hafalan, b) pemahaman, c)
aplikasi/penerapan, d) analisis, e) sintesis, f) evaluasi.
Ranah afektif meliputi (a) menerima, (b) menanggapi, (c) penilaian, (d) mengorganisasikan, (e) karakteristik
nilai menjadikan pola hidup. Ranah
psikomotorik meliputi (a) imitasi, yaitu mengamati
dan menentukan pola perilaku orang lain dan menirukannya, (b) manipulasi, yaitu peserta didik
melakukan kinerja tertentu dengan mengikuti instruksi dan latihan, (c) presisi,
yaitu peserta
didik dituntut untuk memperhalus kinerja untuk menjadi lebih presisi, (d)
artikulasi, yaitu kegiatan
mengoordinasi serangkaian aksi mencapai harmoni dan konsisten internal, (e)
naturalisasi, yaitu peserta
didik dituntut memiliki level kinerja yang tinggi secara alami dan tanpa
berpikir.
B. ASESMEN BERBENTUK NONTES
1.
Asesmen Unjuk Kerja/Performance
Asesmen yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini sangat cocok digunakan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang mneuntut peserta didik melakukan
tugas tertentu yang berbentuk praktik. Unjuk kerja dalam mata bidang bahasa
umunya berupa bermain peran, diskusi, berpidato, bercerita, wawancara, dan
lain-lain.
Keuntungan
menggunakan asesmen unjuk kerja:
1)
Menunjukkan
bagaimana siswa menggunakan pengetahuan untuk melakukan kegiatan dan
menghsilkan sesuatu dalam situasi kehidupan sehari-hari.
2)
Instrument
yang digunakan berfungsi untuk tujuan diagnostik.
3)
Guru
dapat membuat grafik perkembangan performen siswa dari waktu ke waktu.
4)
Memungkinkan
siswa memperoleh pemahaman tentang apa yang mereka ketahui dan yang dapat mereka
lakukan.
5)
Dapat
menghilangkan rasa takut siswa belajar bahkan dapat mengakibatkan rasa senang
dalam belajar.
Alat yang digunakan untuk mengamati asesmen unjuk
kerja peserta didik adalah instrumen daftar cek (cek list) atau skala penilaian
(rating scale). Asesmen unjuk kerja menggunakan instrumen daftar cek, peserta
didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak mendapatkan nilai.
Sedangkan, kelemahan dari instrument daftar cek hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati.
2.
Asesmen Portofolio.
Kumpulan
berkas atau arsip yang disimpan dalam bentuk jilidan atau map. Dalam hal
penilaian portofolio diartikan sebagai kumpulan hasil karya seseorang baik
dalam bentuk tertulis, karya seni, maupun berbagai penampilan dalam bentuk
kaset video atau audio. Portofolio dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1)
Portofolio
Proses, berisi seluruh pekerjaan siswa dalam bidang tertentu dan dalam kurun
waktu tertentu. Portofolio ini menggambarkan keseluruhan proses dan
perkembangan siswa, kesulitan yang dialami dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2)
Portofolio
Pameran, berisi hasil terbaik dari prodek akhir yang akan dipamerkan kepada
kepala sekolah, orang tua, ataupun masyarakat. Berfungsi seperti etalase yang
memamerkan prodeuk-prodeuk akhir tersebut, memberikan peghargaan, dan
meningkatkan prestise siswa melalui karyanya.
3)
Portofolio
Refleksi, memfokuskan pada refleksi proses dan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Biasanya berisi kumpulan proses dan hasil pekerjaan siswa, penilaian
diri oleh siswa terhadap karya yang dihasilkan, penilaian guru terhadap hasil
karya siswa, dan kesimpulan tentang kualitas proses dan hasil.
3.
Asesmen Proyek.
Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu. Asesmen proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik padamata pelajaran tertentu secara
jelas. Proyek dapat berupa individu dan kelompok. Keuntungan asesmen proyek:
1)
Memungkinkan
siswa menjadi kreatif dalam mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan yang
berbeda-beda.
2)
Memungkinkan
siswa mendemonstrasikan dan mengklarifikasikan intelegensi ganda (multiple
intelligensi) melalui penggunaan media yang bermacam-macam.
3)
Menghendaki
siswa menggunakan,mengintegrasikan, menerapkan, dan mentransfer berbagai
informasi dan ketrampilan yang berbeda ke dalam proyek.
4)
Menghendaki
siswa terlibat dalam prosedur-prosedur kegiatan seperti investigasi, inkuiri,
dan lain-lain.
5)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk merumuska sendiri pertanyaannya kemudian mencoba
menjawabnya.
4.
Asesmen Produk.
Penilaian terhadap penguasaan siswa akan suatu
ketrampilan dalam membuat suatu hasil kerja dan kualitas hasil kerja. Penilaian
dalam asesmen produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik, membuat
produk-produk teknologi dan seni. Sedangkan, dalam bidang bahasa tugas membuat
madding yang berisi beragam puisi dan cerpen. Ada dua konsep penilaian yakni
penilaian siswa tentang pemilihan pekerjaan dan cara penggunaan alat dan
prosedur kerja.
Penilaian tersebut bertujuan (a) menilai penguasaan
ketrampilan siswa yang diperlukan sebelum mempelajari ketrampilan berikutnya,
(b) menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai pada setiap akhir jenjang
pendidikan, (c) menilai ketrampilan siswa yang akan memasuki instansi
pendidikan kejuruan. Metode yang dapat digunakan guru untuk menilai dan
mencatat hasil kerja siswa antara lain: (a) anecdotal notes, (b) analytic
rating, (c) holictic rating, (d) checklist.
5.
Asesmen Diri (Self Asesmen).
Teknik penilaian dimana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses,
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari. Asesmen diri dapat digunakan
untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keuntungan
penggunaan teknik ini diantaranya: (1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri
dalam diri siswa, (2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya,
(3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur. Ada tiga proses dalam asesmen diri, diantaranya: (1) siswa menghasilkan
observasi sendiri yang berfokus pada aspek kinerja khusus yang relevan dengan
standar kesuksesan, (2) siswa membuat pertimbangan sendiri dengan menentukan
bagaimana kompetensi dikuasai, (3) siswa melakukan reaksi diri, menafsirkan
tingkat pencapaian tujuan, dan mneghayati kepuasan hasil reaksi dirinya.
Penggunaan teknik ini dapat member dampak positif bagi kepribadian seseorang.
6.
Asesmen Teman Sejawat.
Teknik penilaian yang dilakukan
dengan meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan teman
dalam berbagai hal. Asesmen teman sejawat dapat dilakukan dengan cara
berpasangan maupun acak. Ada lima manfaat teman sejawat, diantaranya (1) dapat
memberikan dorongan kepada penilai, (2) dapat meningkatkan kepercayaan peserta
didik, (3) memberikan pengalam yang berharga bagi peserta didik, (4) sebagai
arena belajar, (5) dapat mempertajam daya kritis peserta didik.
7.
Asesmen Sikap.
Objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran
sebagai berikut:
1)
Sikap
terhadap mata pelajaran, dengan sikap postif terhadap mata pelajaran dapat
menumbuhkan minat belajar, lebih mudah menerima motivasi, dan akan lebih mudah
menyerap materi pelajaran.
2)
Sikap
terhadap gueu atau pengajar, peserta didik yang tidak memiliki sikap positif
terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan.
3)
Sikap
terhadap proses pembelajaran, proses pembelajaran yang nyaman, menarik, dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar.
4)
Sikap
berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Penilaian
sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik (1) observasi perilaku, yaitu guru dapat melakukan
observasi terhadap peserta didiknya. Hasilnya dapat dijadikan sebagai umpan balik
dalam pembinaan, (2) pertanyaan langsung, dapat menanyakan secara langsung
tentang sikap seseoranag berkaitan dengan suatu hal, (3) laporan pribadi,
peserta didik diminta untuk melakukan ulasan yang berisi pandangan atau
tanggapannya tentang suatu masalah.
Komentar
Posting Komentar