Pengembangan materi pembelajaran bahasa indonesia
MAKALAH
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
KATA
PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas individu mata kuliah Metode Pembelajaran
BI yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Dalam penyusunan makalah analisis
ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, baik itu yang datang dari kami
maupun yang datang dari luar. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan makalah berkat bantuan kecerdasan serta nikmat sehat dari Allah
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami
sadar bahwa makalah analisis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
demi baiknya penulisan dimasa yang akan datang.
Pasuruan, 22 Desember 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar-------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------
1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------------
1.2 Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------------
1.3 Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------
BAB III PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------
3.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------------
3.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka-------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa
Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa
untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana
berpikir atau bernalar.
Keberhasilan pembelajaran
secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi
pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak
terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa
yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran
dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan
dengan cakupan, urutan, dan perlakuan terhadap materi pembelajaran tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Apakah
pengertian dari pengajaran dan pembelajaran?
2)
Bagaimana
pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran?
3)
Bagaimana
pengembangan media pembelajaran dalam bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
1)
Untuk
mengetahui pengertian dari pengajaran dan pembelajaran.
2) Untuk
mengetahui pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran.
3) Untuk
mengetahui pengembangan media pembelajaran dalam bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pengajaran
dan Pembelajaran
Pengajaran dan pembelajaran merupakan dua
istilah yang dipakai untuk membedakan fokus aktivitas guru dan pembelajar di
kelas. Istilah pengajaran fokus pada aktivitas lebih banyak dilakukan oleh
guru. Guru lebih banyak memberi ceramah, menerangkan, memberi contoh, memberi
latihan, memberi pekerjaan rumah, menguji dan sejenisnya. Sementara itu,
pembelajar menuruti segala perintah guru. Pembelajar tidak diberi hak untuk
berinisiatif dan berkreasi. Aktivitas pembelajar selalu bersifat normatif.
Sementara itu, istilah pembelajaran memberi fokus aktivitas lebih banyak
dilakukan oleh pembelajar. Pembelajar diberi kebebasan untuk menyerap informasi
dari berbagai sumber (terserah sumber informasinya), mengumpulkan bahan dengan
mengadakan wawancara (terserah topik wawancaranya dan tokoh yang diwawancarai),
melaporkan hasil wawancara (terserah model pelaporannya), mengadakan pengamatan
(terserah objek yang diamati), menganalisis (terserah objek yang dianalisis),
mensintesis (terserah pokok pikiran yang disiintetiskan), dan sejenisnya.
Pembelajar diberi keleluasaan untuk berinisiatif dan berkreasi berdasarkan
bakat, minat, perhatian, dan motivasi mereka.
Memang pembelajaran merupakan rekayasa. Aktivitas pembelajar diberi posisi
lebih besar atau lebih kecil yang menentukan tetap saja guru. Pada saat
pembelajaran berlangsung, gurulah yang bertanggung jawab terhadap kelas itu.
Hanya saja, jika guru di kelas memberikan porsi lebih besar kepada pembelajar,
tidak berarti guru benar-benar mengambil porsi lebih kecil. Posisi guru yang
lebih besar diambil di luar kelas sebelum mengajar. Mereka harus mempersiapkan
materi pembelajaran, media pembelajaran, teknik dan strategi pembelajaran, dan
sebagainya. Dengan demikian, begitu guru berada di kelas, pembelajar dapat
diberi porsi lebih besar sehingga guru tinggal menjadi fasilitator, informator,
motivator, dinamisator, moderator, administrator, dan sebagainya. Sebaliknya,
jika guru mengambil porsi di kelas lebih besar, itu berarti guru sebelumnya
tidak melakukan persiapan secara baik, kecuali hanya persiapan materi
pembelajaran.
Guru lupa bahwa inhibisi (kendala psikologis) merupakan faktor penyumbang
terbesar kegagalan belajar pembelajar (Brown, 1980). Inhibisi itu berupa rasa
malu, rasa takut, rasa cemas, rasa khawatir yang selalu menyelimuti diri
pembelajar sebagai akibat adanya dominasi guru. Dalam paradigma baru, inhibisi
harus dapat dikurangi sehingga kemandirian pembelajar, rasa percaya diri
pembelajar semakin dapat berkembang. Karena itulah, tugas guru sebagai fasilitator, misalnya
menyediakan buku-buku sumber belajar; berperan sebagai informator, misalnya
menunjukkan dimana dapat memperoleh buku yang berisi ‘teknik menyusun
pertanyaan untuk wawancara’, memberi informasi dimana dapat menemukan arti kata
tertentu; berperan sebagai motivator, misalnya
memberikan pujian terhadap hasil kerja pembelajar yang sudah baik; berperan
sebagai dinamisator, misalnya pembelajar kelihatan tidak
bergairah dan patah semangat dalam menemui tokoh yang harus diwawancarai
kemudian mendorong untuk mencoba lagi sampai ketemu, dan lain-lain.
2.2 Pemilihan
media untuk pembelajaran.
Ketika pendidik akan memilih media yang akan digunakan di
dalam pembelajaran ada dua bentuk pemilihan yang mungkin terjadi: Pertama,
pemilihan tertutup, hal dilakukan apabila alternatif media telah ditentukan
“dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis
media itulah yang harus dipakai. Kalau pun kita memilih, maka yang kita lakukan
lebih banyak ke arah pemilihan topik/ pokok bahasan mana yang cocok untuk
dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa
media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah
mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi
yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk
disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi.
Berkaitan
dengan istilah media, perlu dijelaskan perbedaan pengertiannya dengan alat
pelajaran. Media pembelajaran adalah alat pelajaran yang telah diisi program
pembelajaran. Misalnya, tape recorder yang digunakan untuk memutar kaset
pembacaan puisi ketika seorang guru sedang membelajarkan pembelajar membaca puisi
dengan intonasi yang benar. Tetapi, jika tape recorder dipakai sebagai alat
visualisasi yang ditunjukkan kepada pembelajar “seperti apa tape recorder itu”,
benda tersebut sebagai alat pelajaran. Jadi, alat pelajaran adalah “perangkat
kerasnya”, sedangkan media adalah “perangkat lunaknya” (program yang disusun
untuk membawa pesan agar pesan sampai pada pembelajar).
Ada juga
yang berpendapat bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber
pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti, 2001: 11). Materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru adalah pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar.
Jika materi tersebut hanya disampaikan secara lisan melalui ceramah atau secara
tertulis dalam bentuk teks, pembelajar sering sulit menangkap isinya. Oleh karena
itu, materi tersebut diwadahi menggunakan media yang memungkinkan pembelajar
dapat menyerap dengan mudah. Bagimana memilih atau mengembangkan media agar
dapat mendukung pengembangan kompetensi dasar pembelajar, yaitu:
1)
Dasar pengembangan media pembelajaran
Seperti
sudah diuraikan diatas bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari
sumber pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti, 2001: 11). Program yang
dimaksud adalah pesan berupa materi pembelajaran yang disusun untuk disampaikan
kepada pembelajar dalam berbagai bentuk sajian agar mudah diserap oleh
pembelajar.
Proses
transfer of knowlodge diawali dengan penyerapan melalui indera manusia, yaitu
mata, telinga, mulut, hidung, peraba, perasa (lidah). Semua itu akan menjadi input
yang kemudian diproses dalam otak besar. Bila otak besar merasa cocok dengan
input yang diterima, selanjutnya akan dikirim ke otak kecil untuk menjadi
pengetahuan yang tidak mudah dilupakan. Sebaliknya, bila otak besar tidak meras
cocok, input itu akan cepat dilupakan. Hal ini disebut dengan istilah
“pemangkasan kognisi”.
Informasi
yang semula tersimpan di otak besar untuk dapat masuk ke otak kecil dapat
melalui dua cara, yaitu: (1) bila informasi baru yang masuk dapat dipertemukan
dengan informasi lama yang sudah tersimpan di otak kecil (berarti akan menjadi
informasi baru yang lain), informasi baru tersbut akan ikut tersimpan di otak
kecil, (2) bila ada informasi baru yang masuk ke dalam pikiran – meskipun dalam
memori seseorang belum ada informasi sebelumnya – dan seseorang itu berkenan
dengan informasi baru tersebut, informasi baru itu dari otak besar akan dengan
mudah dikirim ke otak kecil. Padahal, apabila informasi itu sudah berhasil
“masuk” ke otak kecil menjadi ingatan jangka panjang tidak akan pernah
dilupakan selama manusia masih hidup. Tugas guru dalam membelajarkan pembelajar
adalah berusaha agar pembelajar mampu menyerap informasi baru ke dalam otak
kecil sehingga menjadi ingatan jangka panjang.
Agar media
pembelajaran itu dapat efektif, ada banyak syarat yang harus diperhatikan dalam
pemilihan media, yaitu: (a) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dikembangkan, (b) harus sesuai dengan karakteristik pembelajar, (c) harus
disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, (d) harus disesuaikan dengan
ketersediaan sumber, (e) harus disesuaikan dengan dana, tenaga, dan fasilitas,
dan (f) harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktiasan, dan daya tahan media.
2)
Aneka macam media pembelajaran
Ada berbagai
sifat media pembelajaran, yaitu: (a) media berupa garis, (b) media berupa
gambar, (c) media berupa gerak, (d) media berupa tulisan, (e) media berupa
suara. Masing-masing sifat ini dapat digabung satu sama lain, tergantung
kemampuan guru dan syarat-syarat lain yang memungkinkan pemanfaatan media
tertentu. Dari sifat-sifat itu, yang sekarang banyak dikenal orang adalah sifat
media: (a) auditif, (b) visual, (c) audio visual. Namun, karena perkembangan
teknologi, masing-masing semakin bertambah macamnya. Misalnya, media visual
yang semula bersifat statis, kini sudah semakin banyak yang dapat bergerak,
seperi pointers, film berbingkai. Media auditif yang semula hanya berkisar pada
tape recorder dan radio, kini sudah semakin bertambah luas.
Rudi Bretz
(dalam Basuki Wibowo, 2001) membuat klasifikasi jenis media lebih rinci yaitu: 1)
Media audio visual gerak, 2) Media audio visual diam, 3) Media audio semigerak,
4) Media visual gerak, 5) Media visual diam, 6) Media audio, 7) Media cetak
Meski
klasifikasi siatas lebih rinci, namun dasarnya tetap saja hanya tiga yaitu,
visual, auditif, dan audio visual. Masing-masing tetap saja memiliki kelebihan
dan kelemahan. Oleh karena itu, guru harus memperhitungkan segala aspek sebelum
menentukan media yang akan dikembangkan. Namun, ada satu syarat mutlak yang
tidak boleh dilupakan, yaitu bahwa media apapun yang dipilih harus
dapatmembantu menyerap informasi ke ingatan jangka panjang pembelajar.
2.3 Pengembangan media pembelajaran
bahasa Indonesia.
1.
Pengembangan Media Berbasis Lingkungan
Pengembangan media berbasis lingkungan sekitar perlu
dilakukan oleh pendidik untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Keefektifan
pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, kosakata,
membaca, dan menulis. Lingkungan sekitar yang dapat dikembangkan meliputi:
sekolah, perpustakaan, pasar tradisional, dan tempat wisata. Adapun cara
pengembangannya sebagai berikut:
- Sekolah
Segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah dapat dijadikan
media pembelajaran yang baik. Media dapat meningkatkan kemampuan menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Contoh pembelajaran 1) Peserta didik mengunjungi sekolah
dasar terdekat bersama pendidik. 2) Peserta didik mewawancarai orang-orang yang ada di sana
berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. 3) Peserta didik
memperhatikan suasana dan keadaan sekolah untuk dilaporkan secara lisan dan
tertulis. 4) Peserta didik menulis laporan kunjungannya dengan singkat.
- Perpustakaan
Perpustakaan merupakan media yang baik terutama untuk
pembelajaran yang berstatus peserta didik atau mahapeserta didik. Contoh
pembelajaran: 1) Peserta didik bersama pendidik mengunjungi perpustakaan. 2) Peserta
didik bertanya kepada petugas bagaimana cara meminjam buku atau hal lain. 3) Peserta
didik membaca buku, surat kabar, atau majalah yang disenanginya. 4) Peserta
didik melaporkan hasil bacaannya secara tertulis.
- Pasar Tradisional
Pasar tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran
untuk materi yang berkaitan dengan budaya. Media ini dapat dimanfaatkan untuk
materi menyimak dan berbicara. Contoh pembelajaran: 1) Peserta didik bersama
pendidik pergi ke pasar tradisional. 2) Pembelajar berusaha menawar sesuatu dan
membelinya kalau harganya sesuai. 3) Peserta didik menyampaikan kesan
kunjungannya dalam bentuk tertulis.
- Tempat Wisata
Materi budaya dapat menggunakan tempat wisata sebagai media
pembelajarannya. Media ini dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Contoh pembelajaran: 1) Peserta didik berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu di Jawa
Barat. 2) Peserta didik menyimak cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu selama
di perjalanan. 3) Peserta didik bercakap-cakap dengan petugas dan wisatawan
domestik yang yang dijumpainya. 4) Peserta didik membaca rambu-rambu
yang ada di tempat tersebut. 5)
Peserta didik menulis laporan
perjalanan sejak berangkat hingga pulang.
2. Pengembangan Media Berbasis TIK.
Perkembangan dunia global yang begitu cepat menembus ruang
dan waktu, menyebabkan peserta didik bisa belajar dimana saja dan kapan saja.
Hal ini diikuti dengan perkembangan media berbasis TIK yang sangat canggih dan
beragam. Media berbasis TIK ini perlu dikembangkan oleh pendidik dalam rangka
menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta menantang peserta
didik untuk menguasai TIK, sehingga keefektifan pembelajaran itu tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Media pembelajaran
adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau
ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan,
manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau
pelatihan oleh guru. Bahkan adapun aneka macam media pembajaran yang
digunakan (a) Media audio visual gerak, (b) Media audio visual
diam, (c) Media audio semigerak, (d) Media visual gerak, (e) Media visual diam,
(f) Media audio, dan (g) Media cetak. Ada dua penyediaan media pembelajaran
yang pertama Mengindentifikasi media yang sesuai dan mudah dikembangkan dan
yang kedua Mengembangkan media pembelajaran. Untuk menggunakan media
pembelajaran dalam ajar mengajar dapat dibantu dengan guru sebagai fasilitator.
3.2 Saran
1) Bagi Mahasiswa
Dalam
penulisan makalah yang berjudul Contextual Teaching and Learning dalam
PBI, penulis mengharapkan agar seluruh mahasiswa mengerti dan memahami mengenai
CTL dalam PBI.
2)
Bagi Dosen
Dalam penulisan makalah yang
berjudul Contextual Teaching and Learning dalam PBI, penulis mengharapkan agar
kedepannya mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih baik
karena banyaknya literatur yang digunakan.
3)
Bagi Perspustakaan
Dalam penulisan makalah yang
berjudul Contextual Teaching and Learning dalam PBI, penulis dituntut
untuk banyak membaca serta mengumpulkan beberapa informasi. Akan tetapi karena
kurangnya literatur yang ada di perpustakaan sendiri, maka lebih mempersulit
lagi dalam mencari sumber. Penulis mengharapkan agar perpustakaan menambah
literatur untuk mempermudah dalam mencari informasi serta sumber.
DAFTAR
RUJUKAN
Pranowo. 2015. TeoriBelajar
Bahasa: untuk Guru Bahasa danMahasiswaJurusan Bahasa. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
Komentar
Posting Komentar