Pengembangan materi pembelajaran bahasa indonesia

MAKALAH
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd










Disusun Oleh :

Nama : Kunzita Lazuardy R.
NIM : 16188201036


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya  kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas individu mata kuliah Metode Pembelajaran BI yang berjudul “Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia”.
Dalam penyusunan makalah analisis ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi, baik itu yang datang dari kami maupun yang datang dari luar. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah berkat bantuan kecerdasan serta nikmat sehat dari Allah sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah analisis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi baiknya penulisan dimasa yang akan datang.



Pasuruan, 22  Desember 2017


Penyusun













DAFTAR ISI


Cover
Kata Pengantar-------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Isi-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------
1.1  Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------------
1.2  Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------------------
1.3  Tujuan------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II PEMBAHASAN--------------------------------------------------------------------------
BAB III PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------
3.1 Kesimpulan-------------------------------------------------------------------------------------
3.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------------
Daftar Pustaka-------------------------------------------------------------------------------------



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia yaitu belajar berkomunikasi dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya yaitu sebagai sarana berpikir atau bernalar. 
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan cakupan, urutan, dan perlakuan terhadap materi pembelajaran tersebut.  

1.2 Rumusan Masalah
1)      Apakah pengertian dari pengajaran dan pembelajaran?
2)      Bagaimana pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran?
3)      Bagaimana pengembangan media pembelajaran dalam bahasa Indonesia?

1.3 Tujuan
1)      Untuk mengetahui pengertian dari pengajaran dan pembelajaran.
2)      Untuk mengetahui pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran.
3)      Untuk mengetahui pengembangan media pembelajaran dalam bahasa Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengajaran dan Pembelajaran
Pengajaran dan pembelajaran merupakan dua istilah yang dipakai untuk membedakan fokus aktivitas guru dan pembelajar di kelas. Istilah pengajaran fokus pada aktivitas lebih banyak dilakukan oleh guru. Guru lebih banyak memberi ceramah, menerangkan, memberi contoh, memberi latihan, memberi pekerjaan rumah, menguji dan sejenisnya. Sementara itu, pembelajar menuruti segala perintah guru. Pembelajar tidak diberi hak untuk berinisiatif dan berkreasi. Aktivitas pembelajar selalu bersifat normatif.
            Sementara itu, istilah pembelajaran memberi fokus aktivitas lebih banyak dilakukan oleh pembelajar. Pembelajar diberi kebebasan untuk menyerap informasi dari berbagai sumber (terserah sumber informasinya), mengumpulkan bahan dengan mengadakan wawancara (terserah topik wawancaranya dan tokoh yang diwawancarai), melaporkan hasil wawancara (terserah model pelaporannya), mengadakan pengamatan (terserah objek yang diamati), menganalisis (terserah objek yang dianalisis), mensintesis (terserah pokok pikiran yang disiintetiskan), dan sejenisnya. Pembelajar diberi keleluasaan untuk berinisiatif dan berkreasi berdasarkan bakat, minat, perhatian, dan motivasi mereka.
            Memang pembelajaran merupakan rekayasa. Aktivitas pembelajar diberi posisi lebih besar atau lebih kecil yang menentukan tetap saja guru. Pada saat pembelajaran berlangsung, gurulah yang bertanggung jawab terhadap kelas itu. Hanya saja, jika guru di kelas memberikan porsi lebih besar kepada pembelajar, tidak berarti guru benar-benar mengambil porsi lebih kecil. Posisi guru yang lebih besar diambil di luar kelas sebelum mengajar. Mereka harus mempersiapkan materi pembelajaran, media pembelajaran, teknik dan strategi pembelajaran, dan sebagainya. Dengan demikian, begitu guru berada di kelas, pembelajar dapat diberi porsi lebih besar sehingga guru tinggal menjadi fasilitator, informator, motivator, dinamisator, moderator, administrator, dan sebagainya. Sebaliknya, jika guru mengambil porsi di kelas lebih besar, itu berarti guru sebelumnya tidak melakukan persiapan secara baik, kecuali hanya persiapan materi pembelajaran.
            Guru lupa bahwa inhibisi (kendala psikologis) merupakan faktor penyumbang terbesar kegagalan belajar pembelajar (Brown, 1980). Inhibisi itu berupa rasa malu, rasa takut, rasa cemas, rasa khawatir yang selalu menyelimuti diri pembelajar sebagai akibat adanya dominasi guru. Dalam paradigma baru, inhibisi harus dapat dikurangi sehingga kemandirian pembelajar, rasa percaya diri pembelajar semakin dapat berkembang. Karena itulah, tugas guru sebagai fasilitatormisalnya menyediakan buku-buku sumber belajar; berperan sebagai informatormisalnya menunjukkan dimana dapat memperoleh buku yang berisi ‘teknik menyusun pertanyaan untuk wawancara’, memberi informasi dimana dapat menemukan arti kata tertentu; berperan sebagai motivator, misalnya memberikan pujian terhadap hasil kerja pembelajar yang sudah baik; berperan sebagai dinamisator, misalnya pembelajar kelihatan tidak bergairah dan patah semangat dalam menemui tokoh yang harus diwawancarai kemudian mendorong untuk mencoba lagi sampai ketemu, dan lain-lain.

2.2 Pemilihan media untuk pembelajaran.
Ketika pendidik akan memilih media yang akan digunakan di dalam pembelajaran ada dua bentuk pemilihan yang mungkin terjadi: Pertama, pemilihan tertutup, hal dilakukan apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh Dinas Pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau pun kita memilih, maka yang kita lakukan lebih banyak ke arah pemilihan topik/ pokok bahasan mana yang cocok untuk dimediakan pada jenis media tertentu. Misalnya saja, telah ditetapkan bahwa media yang digunakan adalah media audio. Dalam situasi demikian, bukanlah mempertanyakan mengapa media audio yang digunakan, dan bukan media lain? Jadi yang harus kita lakukan adalah memilih topik-topik apa saja yang tepat untuk disajikan melalui media audio. Untuk model pemilihan terbuka, lebih rumit lagi.
Berkaitan dengan istilah media, perlu dijelaskan perbedaan pengertiannya dengan alat pelajaran. Media pembelajaran adalah alat pelajaran yang telah diisi program pembelajaran. Misalnya, tape recorder yang digunakan untuk memutar kaset pembacaan puisi ketika seorang guru sedang membelajarkan pembelajar membaca puisi dengan intonasi yang benar. Tetapi, jika tape recorder dipakai sebagai alat visualisasi yang ditunjukkan kepada pembelajar “seperti apa tape recorder itu”, benda tersebut sebagai alat pelajaran. Jadi, alat pelajaran adalah “perangkat kerasnya”, sedangkan media adalah “perangkat lunaknya” (program yang disusun untuk membawa pesan agar pesan sampai pada pembelajar).
Ada juga yang berpendapat bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti, 2001: 11). Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru adalah pesan yang akan disampaikan kepada pembelajar. Jika materi tersebut hanya disampaikan secara lisan melalui ceramah atau secara tertulis dalam bentuk teks, pembelajar sering sulit menangkap isinya. Oleh karena itu, materi tersebut diwadahi menggunakan media yang memungkinkan pembelajar dapat menyerap dengan mudah. Bagimana memilih atau mengembangkan media agar dapat mendukung pengembangan kompetensi dasar pembelajar, yaitu:

1)      Dasar pengembangan media pembelajaran
Seperti sudah diuraikan diatas bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan kepada penerima pesan (Farida Mukti, 2001: 11). Program yang dimaksud adalah pesan berupa materi pembelajaran yang disusun untuk disampaikan kepada pembelajar dalam berbagai bentuk sajian agar mudah diserap oleh pembelajar.
Proses transfer of knowlodge diawali dengan penyerapan melalui indera manusia, yaitu mata, telinga, mulut, hidung, peraba, perasa (lidah). Semua itu akan menjadi input yang kemudian diproses dalam otak besar. Bila otak besar merasa cocok dengan input yang diterima, selanjutnya akan dikirim ke otak kecil untuk menjadi pengetahuan yang tidak mudah dilupakan. Sebaliknya, bila otak besar tidak meras cocok, input itu akan cepat dilupakan. Hal ini disebut dengan istilah “pemangkasan kognisi”.
Informasi yang semula tersimpan di otak besar untuk dapat masuk ke otak kecil dapat melalui dua cara, yaitu: (1) bila informasi baru yang masuk dapat dipertemukan dengan informasi lama yang sudah tersimpan di otak kecil (berarti akan menjadi informasi baru yang lain), informasi baru tersbut akan ikut tersimpan di otak kecil, (2) bila ada informasi baru yang masuk ke dalam pikiran – meskipun dalam memori seseorang belum ada informasi sebelumnya – dan seseorang itu berkenan dengan informasi baru tersebut, informasi baru itu dari otak besar akan dengan mudah dikirim ke otak kecil. Padahal, apabila informasi itu sudah berhasil “masuk” ke otak kecil menjadi ingatan jangka panjang tidak akan pernah dilupakan selama manusia masih hidup. Tugas guru dalam membelajarkan pembelajar adalah berusaha agar pembelajar mampu menyerap informasi baru ke dalam otak kecil sehingga menjadi ingatan jangka panjang.
Agar media pembelajaran itu dapat efektif, ada banyak syarat yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (a) harus sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dikembangkan, (b) harus sesuai dengan karakteristik pembelajar, (c) harus disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia, (d) harus disesuaikan dengan ketersediaan sumber, (e) harus disesuaikan dengan dana, tenaga, dan fasilitas, dan (f) harus dipertimbangkan keluwesan, kepraktiasan, dan daya tahan media.

2)      Aneka macam media pembelajaran
Ada berbagai sifat media pembelajaran, yaitu: (a) media berupa garis, (b) media berupa gambar, (c) media berupa gerak, (d) media berupa tulisan, (e) media berupa suara. Masing-masing sifat ini dapat digabung satu sama lain, tergantung kemampuan guru dan syarat-syarat lain yang memungkinkan pemanfaatan media tertentu. Dari sifat-sifat itu, yang sekarang banyak dikenal orang adalah sifat media: (a) auditif, (b) visual, (c) audio visual. Namun, karena perkembangan teknologi, masing-masing semakin bertambah macamnya. Misalnya, media visual yang semula bersifat statis, kini sudah semakin banyak yang dapat bergerak, seperi pointers, film berbingkai. Media auditif yang semula hanya berkisar pada tape recorder dan radio, kini sudah semakin bertambah luas.
Rudi Bretz (dalam Basuki Wibowo, 2001) membuat klasifikasi jenis media lebih rinci yaitu: 1) Media audio visual gerak, 2) Media audio visual diam, 3) Media audio semigerak, 4) Media visual gerak, 5) Media visual diam, 6) Media audio, 7) Media cetak
Meski klasifikasi siatas lebih rinci, namun dasarnya tetap saja hanya tiga yaitu, visual, auditif, dan audio visual. Masing-masing tetap saja memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, guru harus memperhitungkan segala aspek sebelum menentukan media yang akan dikembangkan. Namun, ada satu syarat mutlak yang tidak boleh dilupakan, yaitu bahwa media apapun yang dipilih harus dapatmembantu menyerap informasi ke ingatan jangka panjang pembelajar.
2.3 Pengembangan media pembelajaran bahasa Indonesia.
1. Pengembangan Media Berbasis Lingkungan
Pengembangan media berbasis lingkungan sekitar perlu dilakukan oleh pendidik untuk mencapai pembelajaran yang efektif. Keefektifan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, kosakata, membaca, dan menulis. Lingkungan sekitar yang dapat dikembangkan meliputi: sekolah, perpustakaan, pasar tradisional, dan tempat wisata. Adapun cara pengembangannya sebagai berikut:
  1. Sekolah
Segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah dapat dijadikan media pembelajaran yang baik. Media dapat meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Contoh pembelajaran 1) Peserta didik mengunjungi sekolah dasar terdekat bersama pendidik. 2) Peserta didik mewawancarai orang-orang yang ada di sana berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. 3) Peserta didik memperhatikan suasana dan keadaan sekolah untuk dilaporkan secara lisan dan tertulis. 4) Peserta didik menulis laporan kunjungannya dengan singkat.
  1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan media yang baik terutama untuk pembelajaran yang berstatus peserta didik atau mahapeserta didik. Contoh pembelajaran: 1) Peserta didik bersama pendidik mengunjungi perpustakaan. 2) Peserta didik bertanya kepada petugas bagaimana cara meminjam buku atau hal lain. 3) Peserta didik membaca buku, surat kabar, atau majalah yang disenanginya. 4) Peserta didik melaporkan hasil bacaannya secara tertulis.
  1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk materi yang berkaitan dengan budaya. Media ini dapat dimanfaatkan untuk materi menyimak dan berbicara. Contoh pembelajaran: 1) Peserta didik bersama pendidik pergi ke pasar tradisional. 2) Pembelajar berusaha menawar sesuatu dan membelinya kalau harganya sesuai. 3) Peserta didik menyampaikan kesan kunjungannya dalam bentuk tertulis.
  1. Tempat Wisata
Materi budaya dapat menggunakan tempat wisata sebagai media pembelajarannya. Media ini dapat digunakan untuk pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Contoh pembelajaran: 1)  Peserta didik berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat. 2) Peserta didik menyimak cerita legenda Gunung Tangkuban Perahu selama di perjalanan. 3) Peserta didik bercakap-cakap dengan petugas dan wisatawan domestik yang yang dijumpainya. 4)  Peserta didik membaca rambu-rambu yang ada di tempat tersebut. 5) Peserta didik menulis laporan perjalanan sejak berangkat hingga pulang.
2. Pengembangan Media Berbasis TIK.
Perkembangan dunia global yang begitu cepat menembus ruang dan waktu, menyebabkan peserta didik bisa belajar dimana saja dan kapan saja. Hal ini diikuti dengan perkembangan media berbasis TIK yang sangat canggih dan beragam. Media berbasis TIK ini perlu dikembangkan oleh pendidik dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta menantang peserta didik untuk menguasai TIK, sehingga keefektifan pembelajaran itu tercapai.





BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan oleh guru. Bahkan adapun aneka macam media pembajaran yang digunakan (a) Media audio visual gerak, (b) Media audio visual diam, (c) Media audio semigerak, (d) Media visual gerak, (e) Media visual diam, (f) Media audio, dan (g) Media cetak. Ada dua penyediaan media pembelajaran yang pertama Mengindentifikasi media yang sesuai dan mudah dikembangkan dan yang kedua Mengembangkan media pembelajaran. Untuk menggunakan media pembelajaran dalam ajar mengajar dapat dibantu dengan guru sebagai fasilitator.

3.2 Saran
1)      Bagi Mahasiswa
Dalam penulisan makalah yang berjudul Contextual Teaching and Learning dalam PBI, penulis mengharapkan agar seluruh mahasiswa mengerti dan memahami mengenai CTL dalam PBI.
2)      Bagi Dosen
Dalam penulisan makalah yang berjudul Contextual Teaching and Learning dalam PBI, penulis mengharapkan agar kedepannya mata kuliah Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih baik karena banyaknya literatur yang digunakan.
3)      Bagi Perspustakaan
Dalam penulisan makalah yang berjudul Contextual Teaching and Learning dalam PBI, penulis dituntut untuk banyak membaca serta mengumpulkan beberapa informasi. Akan tetapi karena kurangnya literatur yang ada di perpustakaan sendiri, maka lebih mempersulit lagi dalam mencari sumber. Penulis mengharapkan agar perpustakaan menambah literatur untuk mempermudah dalam mencari informasi serta sumber.  





DAFTAR RUJUKAN

Pranowo. 2015. TeoriBelajar Bahasa: untuk Guru Bahasa danMahasiswaJurusan Bahasa. Yogyakarta: PustakaPelajar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran

Makalah Analisis Wacana dalam Pembelajaran Bahasa

Reliabilitas Alat Ukur dalam Asesmen Bahasa