Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa
MAKALAH
PENDEKATAN
KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Kunzita Lazuardy R.
NIM : 16188201036
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
KATA PENGANTAR
Segala puji dan
syukur kami ucapkan
kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan anugerah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas individu mata kuliah Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Makalah Analisis Wacana dalam Pembelajaran Bahasa ini
saya buat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Bapak Bayu Firmansyah M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada dosen mata kuliah ini selaku pembimbing kami. Kami sadar
makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca agar kedepannya makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kami khususnya dan
bagi para pembaca umumnya.
Pasuruan, 1
Desember 2017
Penulis
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Istilah komunikatif dalam
Pengajaran Bahasa (PB) muncul pertama kali pada makalah Willkins (1972) dengan
judul Grammatikal, Situation and National Syllabus yang disampaikan dalam
konferensi Linguistik Terapan di Copenhagen. Sejak itu kepopuleran Pengajaran
Bahasa secara Komunikatif (PBK) menyebar keseluruh dunia dan mampu
menggoyangkan konsep pengajaran bahasa yang dikembangkan oleh kaum struktural.
Ahli Pengajaran Bahasa
memandang bahwa: a) PBK mampu mengubah citra PB yang selalu berorientasi pada
kaidah ketatabahasaan yang dikembangkan kaum structural yang dianggap telah
gagal mengajarkan bahasa sesuai dengan fungsinya. b) PBK mampu memberikan
Paradigmashito yang sangat mendasar serta secara radikal memberikan warna baru
terhadap proses belajar bahasa. c) PBK mampu menjawab dua pertanyaan pokok
dalam pengajaran bahasa yaitu apakah yang dipelajari, dan bagaimana bahasa
harus dipelajari (Das, 1985).
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaimana
kompetensi komunikatif dalam pembelajaran bahasa?
2)
Bagaimana
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa?
3)
Bagaimana
metode komunikatif dalam pembelajaran bahasa?
4)
Bagaimana
silabus komunikatif itu?
5)
Bagaimana
kebaruan dari pengajaran bahasa komunikatif?
1.3 Tujuan
1)
Menjelaskan
kompetensi komunikatif dalam pembelajaran bahasa.
2)
Menjelaskan
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa.
3)
Menjelaskan
metode komunikatif dalam pembelajaran bahasa.
4)
Menjelaskan
mengenai silabus komunikatif.
5)
Menjelaskan
kebaruan dari pengajaran bahasa komunikatif.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Kompetensi Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Chomsky
(1965) mengartikan istilah kompetensi sebagai pengetahuan pembicara atau
pendengar terhadap bahasanya (Chomsky, 1965 dalam Calane and Swain, 1980).
Hymes (1971) menyatakan bahwa pengertikan kompetensi yang dimaksud oleh Chomsky
harus diperluas, sebab kompetensi yang hanya menyangkut pengetahuan pembicara
tentang kaidah kegramatikalan seuatu bahasa tidak ada artinya jika tidak
memperhatikan kaidah penggunaan bahasa (fungsi). Pendapat ini diperkuat oleh
Halliday (1972), yang juga menolak dikotomi kompetensi dan performansinya
Chomsky sebab dikotomi itu sedikit sekali gunanya dalam kompetensi sosial.
Hymes secara tegas menyatakan bahwa yang lebih penting dalam penggunaan bahasa
adalah pertimbangan cocok tidaknya penggunaan suatu aturan dengan konteks
sosialnya yaitu konteks sosiokultural. Konteks Sosiokultural yang dimaksudkan
adalah pengetahuan tentang kapan, bagaimana, dan kepada siapa bentuk-bentuk itu
layak digunakan.
Kompetensi
juga dapat diartikan sebagai penguasaan sistem dan aturan bahasa yang
benar-benar dihayati, yang memungkinkan
kita mengenali struktur lahir dan struktur batin untuk dapat membedakan kalimat
benar dan kalimat salah dan mengerti kalimat yang belum pernah didengar
sebelumnya. Ternyata dapat kita telaah bahwa sanya pengertian kompetensi ini
masih berbeda-beda, meskipun semuanya bermula dari pendapat Chomsky. Jika
batasannya saja masih belum jelas, bagaimanakah PBK dapat menumbuhkan
kompetensi dalam proses pembelajaran bahasa, dan kompetensi menurut pengertian
siapa yang akan ditumbuhkan. Hal ini bukan berarti bahwa PBK lantas harus
ditinggalkan atau meninggalkan unsur kompetensi, tetapi justru harus ditelusuri
kejelasan pengertiannya.
2.2
Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Pendekatan
merupakan latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak
diajarkan. Istilah pendekatan (Approach) memiliki pengertian berbeda-beda.
Anthony (1963) menyatakan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi yang
saling berhubungan yang menyangkut hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan
belajar bahasa.
Jika
komunikatif dipandang sebagai suatu pendekatan dalam PB, apakah asumsi-asumsi
teoritisnya? Ada dua versi asumsi yaitu pertama asumsi yang menekankan
komunikasi sebagai tujuan belajar bahasa dan asumsi kedua menekankan komunikasi
sebagai produk belajar bahasa. Versi pertama berarti belajar bahasa untuk
berkomunikasi, sedangkan versi kedua menekankan belajar bahasa dalam situasi
tertentu sambil berkomunikasi.
Jika
komunikasi merupakan tujuan belajar bahasa, pertalian makna dalam kalimat
adalah berupa proposisi yang tertuang dalam bentuk kalimat. Dan jika kalimat
yang diciptakan oleh pembelajar memakai kaidah ketatabahasaan, proposisi itu
disebut proposisi makna. Proposisi makna harus mengandung ilokusi sebab jika
berbedan akan menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa. Dalam versi kedua
belajar bahasa dalam berkomunikasi dimaksudkan bahwa seseorang belajar bahasa
dalam situasi alamiah, bukan didalam kelas. Dalam situasi demikian kaidah
ketatabahasaan sadar atau tidak sadar, induktif maupun deduktif pasti bersifat
alamiah.
Pendekatan
komunikatif dalam kaitannya dengan asumsi kedua (yang berhubungan dengan
bagaimana bahasa harus dipelajari) apakah belajar bahasa untuk berkomunikasi
ataukah belajar bahasa dalam berkomunikasi, kiranya masih merupaka persoalan
praktis yang akan dihadapi oleh para perancang silabus, meskipun sudah bukan
lagi persoalan pendekatan.
2.3
Metode Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa
Metode
adalah rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa
sehingga tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua
rancangan telah didasarkan pada satu pendekatan tertentu (Anthony, 1963).
Richards dan Rodgers (1982). Mereka menyatakan bahwa metode adalah butir-butir
yang mengandung tiga level yaitu pendekatan, desain, dan prosedur. Pendekatan
menurut Richards masih sama dengan Anhony yaitu berupa asumsi mengenai teori
hakikat bahasa dan teori hakikat belajar bahasa. Richards secara eksplisit
memasukkan desain sebagai komponen metode, desain didalamnya mengandung unsur
antara lain: a) suatu pengertian isi bahasa, spesifikasi seleksi dan
organisasi, b) spesifikasi peranan pembelajran, c) spesifikasi peranan guru, d)
spesifikasi peranan materi. Prosedur merupakan deskripsi teknik dan tahapan
dalam sistem pengajaran.
Jika
masih ada pertanyaan yang menyatakan bahwa “apakah komunikatif dapat sebut
sebagai suatu metode?” jawabannya terletak pada acuan teori manakah yang Anda
ikuti.
2.4
Silabus Komunikatif
Pada
mulanya rancang bangun silabus selalu bergerak dalam kancah seleksi bahan,
pengurutan penyajian bahan beralih pada “penggunaan bahasa” (kompetensi
komunikatif) yang lebih bersifat “analitis” daripada pengetahuan tata bahasa
(kompetensi gramatikal) yang lebih bersifat “sintetis” (Willkins, 1976).
Silabus yang bersifat analitis tidak mementingkan analitis sistem bahasa
dalam kepingan-kepingan, tetapi lebih mementingkan tujuan seperti apa yang
ingin dicapai oleh pembelajar serta tindak bahasa yang bagaimana yang
diperlukan untuk mencapai tujuan itu. Karena silabus disusun berdasarkan tindak
bahasa maka akan terjadi pencampuradukan unsur-unsur tata bahasa sehingga
silabus itu tidak terdapay pengurutan butir tata bahasa mana yang mudah untuk
didahulukan dan mana yang sukar untuk dikemudiankan. Hal ini membutuhkan
keahlian penyederhanaan berbagai fungsi komunikatif.
Setelah fungsi komunikatif bahasa terdata baik dan telah menentukan
pilihan fungsi mana yang akan dimasukkan dalam silabus untuk mencapai tujuan
yang diperlukan pembelajar, silabus komunikatif harus mengandung
komponen-komponen sebagai berikut :
a)
Terdapat
perumusan tujuan secara jelas (purpose).
b)
Terdapat
seting yang jelas baik berupa aspek fisik maupun seting sosial (setting).
c)
Terdapat
peranan pembelajar (the role of learners).
d)
Tergambar
peristiwa komunikatif yang menunjukkan peranan pembelajar (communicative
events).
e)
Tergambar
fungsi bahasa yang diperlukan pembelajar dengan bahasa itu (language
functions).
f)
Terdapat
nosi atau apakah yang diperlukan pembelajar untuk dapat mengatakan sesuatu
(notions).
g)
Keterampilan
merajut wacana bersama (cutting together serta discourse dan rhetorical
skills).
h)
Terdapat
variasi bahasa yang diperlukan pembelajar (variety).
i)
Isi
ketatabahasaan yang diperlukan (grammatical content).
j)
Isi
kosakata yang diperlukan (lexical content) (Yalden, 1983).
Jika
silabus komunikatif di dalamnya terkandung adanya penekanan fungsi bahasa serta
tergambarnya 10 komponen tersebut, silabus komunikatif lebih condong untuk
dikatakan sebagai jabaran pengembangan materi pengajaran.
2.5
Kebaruan PBK dalam Pembelajaran Bahasa
PBK
bukanlah suatu yang sama sekali baru dan terlepas dari sejaran perkembangan PB
sebelumnya. Periodisasi sejarah perkembangan PB dapat digolongkan ke dalam 4
periode (Stern, 1986) yaitu:
1.
Periode
pertama pada dekade 1880-1920 ditandai dengan metode langsung.
2.
Periode
kedua pada dekade 1920-1940 ditandai dengan metode kompromi (compromise
method), reading method, basic English, modern foreign language study.
3.
Periode
ketiga pada dekade 1940-1950 ditandai dengan pendekatan linguistik terhadap PB,
American Army Method, dan intensive Language Teaching; dekade 1950-1960
ditandai Audiolingual di Amerika dan Audiovisual di Prancis dan inggris,
Laboratorium bahasa serta ketenaran Psycholinguistic; dekade 1960-1970 teori
tingkah laku Audiolingual dipertentangkan dengan belajar bahasa secara
kognitif; impact teori Chomsky terhadap Sosiolinguistik; metode penelitian dan
metode analisis.
4.
Periode
keeempat pada dekade 1970-1980 ditandai dengan pudarnya konsep metode
sebelumnya dan beralih pada metode baru; pada dekade 1980-an ditandai dengan
pendektan komunikatif yang lahir dari beberapa konsep teori.
PBK dikatakan memiliki
kebaruan karena dipakainya berbagai teori belajar bahasa, linguistic terapan,
metode-metode yang bersifat inovatif dan sebagai dasar pijakan pendekatannya.
Perhatian orang terhadap fungsi bahasa, yang sebelumnya agak dikesampingkan,
karena keterpukauannya terhadap kaidah ketata bahasaan merupakan salah satu
kebaruan PBK. Lebih-lebih setelah PBK bukan saja mempermasalahkan pendekatan
tetapi juga metode, teknik sajian materi, rancang bangun silabus semakin
menampakkan ciri kekomprehensifannya.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1)
Kompetensi
komunikatif dalam pembelajaran Bahasa
Chomsky (1965) mengartikan istilah
kompetensi sebagai pengetahuan pembicara atau pendengar terhadap bahasanya
(Chomsky, 1965 dalam Calane and Swain, 1980). Hymes (1971) menyatakan bahwa pengertikan
kompetensi yang dimaksud oleh Chomsky harus diperluas, sebab kompetensi yang
hanya menyangkut pengetahuan pembicara tentang kaidah kegramatikalan seuatu
bahasa tidak ada artinya jika tidak memperhatikan kaidah penggunaan bahasa
(fungsi). Pendapat ini diperkuat oleh Halliday (1972), yang juga menolak
dikotomi kompetensi dan performansinya Chomsky sebab dikotomi itu sedikit
sekali gunanya dalam kompetensi sosial. Hymes secara tegas menyatakan bahwa
yang lebih penting dalam penggunaan bahasa adalah pertimbangan cocok tidaknya
penggunaan suatu aturan dengan konteks sosialnya yaitu konteks sosiokultural.
2)
Pendekatan
komunikatif dalam pembelajaran bahasa
Pendekatan
merupakan latar belakang filosofis mengenai pokok bahasan yang hendak
diajarkan. Istilah pendekatan (Approach) memiliki pengertian berbeda-beda.
Anthony (1963) menyatakan bahwa pendekatan adalah seperangkat asumsi yang
saling berhubungan yang menyangkut hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan
belajar bahasa.
3)
Metode
komunikatif dalam pembelajaran bahasa
Metode adalah rancangan menyeluruh
untuk menyajikan secara sistematis materi bahasa sehingga tidak ada
bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua rancangan telah didasarkan
pada satu pendekatan tertentu (Anthony, 1963). Richards dan Rodgers (1982).
Mereka menyatakan bahwa metode adalah butir-butir yang mengandung tiga level
yaitu pendekatan, desain, dan prosedur. Pendekatan menurut Richards masih sama
dengan Anhony yaitu berupa asumsi mengenai teori hakikat bahasa dan teori
hakikat belajar bahasa.
4)
Silabus
Komunikatif
Rancang bangun silabus selalu
bergerak dalam kancah seleksi bahan, pengurutan penyajian bahan beralih pada
“penggunaan bahasa” (kompetensi komunikatif) yang lebih bersifat “analitis”
daripada pengetahuan tata bahasa (kompetensi gramatikal) yang lebih bersifat
“sintetis”.
5)
Kebaruan
PBK dalam pembelajaran bahasa
PBK dikatakan
memiliki kebaruan karena dipakainya berbagai teori belajar bahasa, linguistic
terapan, metode-metode yang bersifat inovatif dan sebagai dasar pijakan pendekatannya.
Perhatian orang terhadap fungsi bahasa, yang sebelumnya agak dikesampingkan,
karena keterpukauannya terhadap kaidah ketata bahasaan merupakan salah satu
kebaruan PBK. Lebih-lebih setelah PBK bukan saja mempermasalahkan pendekatan
tetapi juga metode, teknik sajian materi, rancang bangun silabus semakin
menampakkan ciri kekomprehensifannya.
Daftar
Pustaka
Pranowo. 2015. Teori
Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Komentar
Posting Komentar