Analisis Kontransitif (AK) Dalam Pembelajaran Bahasa
“Analisis Kontransitif (AK) Dalam Pembelajaran Bahasa”
Dosen pembimbing :
M. Bayu Firmansyah, M.Pd
Disusun Oleh :
Nama : Kunzita Lazuardy R.
NIM : 16188201036
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan
2016-2017
Analisis Kontransitif merupakan salah satu cabang
lingustik yang mengkaji dan mendisripsikan persamaan dan perbedakan struktur
atau aspek-aspek yang terhadap dalam dua bahasa atau lebih. Analisis Kontransitif
sendiri adalah kajian sistemaktis
terhadap pasangan bahasa untuk mengenali perbedaan dan persamaan di antara
keduanya.
A. Memahami AK
Analisis Kontransitif (AK)
mencoba menjebatani tercampurnya sistem bahasa pertama (BI) dengan sistem
bahasa kedua (B2) kesulitan tersebut dengan mengontraskan kedua sistem bahasa
yang ada untuk meramalkan kesulitan-kesulitan yang terjadi.
Beberapa ahli mencoba untuk
menghubungkan berbagai faktor yang ikut terlibat dalam proses penguasaan
bahasa. Faktor-faktor tersebut meliputi pertama faktor bentuk bahasa yakni berupa
bunyi, sistem bunyi dan struktur gramatik yang dipakai sebagai sarana agar
fungsi komunikatif dapat berlangsung, kedua faktor sistem bahasa yakni berupa
unit-unit dan struktur kebahasaan yang akan memengaruhi faktor-faktor
psikologi. Faktor-faktor psikologi itu antara lain pemerolehan bahasa kedua,
hakikat belajar (baik menurut pandangan kaum behavioris maupun kaum
kognitivis), faktor kepribadaian, dan dimensi-dimensi sosiokultural (Brown,
1980).
Setiap teori yang mucul
selalu menunjukkan kelebihan, tetapi begitu dikaji dari berbagai segi selalu
menimbulkan kritik karena mulai kelihatan kelemahannya. Hal demikian
menimbulkan munculnya berbagai teori dan ilmu pengetahuan tersebut menjadi
berkembang.
Pada waktu Fries (1945)
mengajukan hipotesis bahwa materi pengjaran yang paling efektif dalam proses
menguasi B2 adalah materi yang didasari pada deskripsi secara cermat mengenaik
bahasa target yang akan dipelajari dan kemudian dibandingkan dengan bahasa ibu.
Teori AK menjadi semakin banyak menarik perhatian para ahli sehingga banyak
muncul berbagai pendapat.
Berapaun keraguan dan kritik
terhadap AK muncul dari berbagai penjuru, bukan berarti sudah tertutup jalan
untuk mencari kemungkinan diterapkannya AK dalam mengajarkan B2. Hal ini masih
mungkin karena AK sendiri ternyata memiliki berbagai versi, baik versi keras
(VK), versi lemah (VL), maupun versi moderat (VM) yang kadarnya berbeda-beda.
B. Linguistik Kontransitif
AK
sering disamakan dengan istilah Linguistik Kontransitif (Hamied,1987).
Linguistik Kontransitif adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya
membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan
dan perbedaan kedua bahasa itu bisa dilihat (Lado, 1957).
AK
menjadi semakin popular setelah muncul karya Lado (1959) yang berjudul Linguistics A cross Culture yang
menguraikan secara panjang lebar mengenai cara-cara mengontraskan dua bahasa.
Lado menganjurkan agar pengontrasan itu dilakukan terhadap fonologi, struktur
gramatik, kosa kata, serta sistem tulisan.
Teknik
pengontrasan dua sistem bahasa seperti itu oleh sementara orang digolongkan
sebagai AK versi keras (Wardhaugh, 1979). Kelompok VK lebih jauh menuntut
dilibatkannya berbagai teori linguistik dari para linguis, meskipun pandangan
mereka berbeda-beda, dan menuntut agar kesemestaan bahasa dirumuskan dalam
teori yang lebih komprehensif dan memberikan uraian yang memadai tentang
sintaksis, semantik, dan fonologi, serta menuntut agar para linguis membekali diri
dengan pengetahuan yang memadai tentang AK.
C. Kritik Terhadap AK
Analisis
kontransitif yang mencoba mengontraskan dua bahasa yag berbeda dengan maksud
untuk mengenali sebab-sebab timbulnya interferensi dan meramalkan kesukaran
belajar pembelajaran ternyata menimbulkan berbagai kritik dari ahli bahasa
maupun ahli pengajaran bahasa.
Kritik
pertama dikemukakan oleh Roland Wardhaugh (1970) bahwa AK menimbulkan
ketidakpastian karena tidak memadainya teori linguistik yang ada. Kritik kedua
dikemukakan oleh Whitman dan Jackson (1972) ketika mereka mengadakan tes
empirik terhadap teori AK, hasil tes tersebut dibandingkan dengan ramalan
sebelumnya ternyata baik secara teoritis maupun praktis hasilnya tidak memadai
untuk meramalkan interferensi yang dibuat oleh pembelajaran. Kritik ketiga
dikemukakan oleh Brown (1980) bahwa AK yang populer itu ternyata hanya berhasil
meramalkan kesulitan dalam bidang fonologi. Kritik keempat dikemukakan oleh
Abdul Wahab (tidak dipublikasikan) bahwa menerapkan AK terhadap dua sistem
bahasa yang sangat berbeda harus ditinjau kembali. Argumentasi ini dilihat dari
pengamatannya terhadap kontras BI dengan bahasa Sansekerta dalam bidang
sintaksis.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Analisis_kontransitif
Komentar
Posting Komentar